Siang yang sangat panas hari ini, seperti matahari sedang
ada dua di bumi. Kamal yang sedang kelelahan setelah kuliah tak ingin membuang-buang
waktunya untuk tidak segera beristirahat. Ia pun pergi ke kantin seorang diri. Biasanya
selalu ada Nisa si dokter centil di sampingnya. Namun, memang Kamal belum
melihat ujung rambutnya sedikitpun hari ini. Tak mau memikirkan hal itu, Kamal
segera memesan beraneka makanan dan minuman sehat yang dijual disini. Para
mahasiswa kedokteran memang biasa makan di kantin ini, karena memang ini kantin
khusus mereka. Makanan dan minuman yang dijual disini hanya yang tergolong
makanan yang sehat saja, sangat sesuai dengan profesi yang akan mereka geluti
di masa depan, dokter. Profesi yang selalu menanjurkan untuk selalu menjaga
kesehatan dengan baik.
“tadaaaa....” teriak Nisa seolah ingin mengejutkan Kamal.
“kenapa kamu?” tanya Kamal heran.
“ada yang beda nggak? Coba tebak?
“nggak ada ah”
“ishh serius “ Ucap
Nisa dengan wajah tampak sedikit kecewa.
“iya serius”
“nggak liat nih di kepala aku ngga ada rambut lagi?”
“Oh, kalau itu bukan kamu yang beda. Tapi aku”
“lah kan yang pake kerudung aku?”
“iya, tapi yang perasaannya jadi tenang kan aku”
Mendengar jawaban itu sontak saja membuat perasaan Nisa
senang sekali. Seperti waktu berhenti sebentar, hanya dia yang bisa bergerak. Rasanya
jika itu yang sungguha terjadi Nisa pasti akan menari-nari dan berputar-putar
menikmati rasa senang di hatinya.
“omong-omong sebentar lagi liburan nih, aku bingung mau kemana.
Boleh ngga aku main ke rumah kamu saja?” tanya Nisa sambil memasang wajah
imutnya agar diperbolehkan oleh Kamal.
“boleh kok”
“yeayy, sungguh?”
“iya”
“ ih jadi nggak sabar. Di tempat tinggalmu ada apa saja nih?
Pokoknya harus ke tempat bagus”
“tenang, disana ada bidadari” ucap Kamal sambil tertawa.
“sebel deh kalau Kamal mulai sok sweet”
“yasudah kalau nggak percaya”
...
Tak disangka, udara segar di tempat ini masih bisa dihirup
Kamal. Kamal seperti sedang mengulang cerita-cerita indah dipikirannya
sekarang. Nisa, teman wanita yang ia ajak berlibur ke tempat tinggalnyapun
seperti merasakan kesejukkan udaranya juga. Gunung yang berdiri kokoh di
sebelah barat sana adalah dalang dari udara segar ini. Namun, bukan Cuma udara sejuk yang Kamal
rindukan di tempat ini. Keasrian alam, keramah-tamahan orang-orang sekitar,
ketenangan, dan masih banyak lagi yang Kamal rindukan. Rasanya segera ia ingin
tuntaskan satu persatu kerindua yang teramat besar itu.
“wah ramah sekali ya orang-orang disini” ucap Nisa
terkagum-kagum menikmati perjalanannya di samping Kamal.
“haha iya dong, hati-hati bakal rindu tempat ini” ledek Kamal sambil tertawa.
Mereka berdua pun terus menikmati perjalanan ini walau harus
berjalan kaki. Tak jarang mereka bertemu dengan penduduk setempat yang
mengenali Kamal lalu disapa dengan sangat ramah, bahkan tak jarang mereka
diajak untuk singgah sejenak di rumah penduduk. Namun, akhirnya penantianpun
berakhir sudah, rumah sederhana namun menyamankan itu kini sudah di depan mata.
Kedatangan kedua calon dokter inipun disambut hangat oleh keluarga Kamal. Tak
lupa juga Kamal mengenalkan Nisa kepada keluarganya, walaupun sebelumnya sudah
ia kenalkan di telepon. Setelah merasa menyelesaikan tugasnya, Kamal pamit
pergi sebentar pada keluarganya dan Nisa. Nisa yang sedang asik diajak
berbincang dengan keluarga Kamal tak sempat memikirkan untuk ikut pergi dengan
Kamal.
Rumah sederhana yang dulu sering Kamal kunjungipun sekarang
sudah ada di depan matanya. Sebab memang letak rumah Dila dan rumah Kamal tidak
begitu jauh, hanya membutuhkan waktu 15 menit Kamal pun sudah sampai disini.
Sebelum menyapa penghuninya, Kamal memandangi rumah itu sejenak. Menumpahkan
seluruh kerinduan yang ia simpan selama ini. Tidak banyak berubah dari rumah
itu, namun belum tahu dengan penghuninya.
“hmm, hai Dilaku” ucap Kamal sambil tersenyum ketika melihat
seorang gadis cantik pujaannya muncul dari lubang pintu.
“hai juga Kamal”
“udah? Gitu aja? Nggak rindu sama aku?” tanya Kamal sambil
berjalan mendekati Dila.
“justru harusnya aku yang nanya sama kamu, kok kamu bisa
ingat aku lagi?” ucap Dila sambil tersenyum kecil.
“hahaha pasti ngambek. Ngga apa, aku bosan kalau kamu cantik
karena senyum terus. Mana mungkin berlian bisa dilupain sih?”
“hmm” jawab Dila singkat.
“kamu mau kemana?”
“kenapa kamu harus tahu?”
“kok gitu. Ayo aku antar?” pinta Kamal sambil menjulurkan
tangannya ke arah Dila, berharap Dila menggapainya.
“nggak perlu, sudah ada Tama” jawab Dila datar sambil
menunjuk ke arah belakang Kamal tempat Tama, temannya Dila berdiri.
“Dil, kenapa gini?” tanya Kamal dengan nada seperti orang
terkejut.
“kamu mau tahu kenapa? Karena aku sadar berlian kamu nggak Cuma
satu”
to be continued
SOCIALIZE IT →