Hidup itu kadang membingungkan
untuk apa dan bagaimana harus dijalankan
Entah aku yang memang belum menemukan maknanya
Mungkin memang makna itu tidak pernah ada
Ketika aku masih kekanak-kanakkan
aku berjalan saja, tak mau diarahkan tapi tak tau hendak kemana
Aku berjalan begitu saja
Bagai jarum jam yang memang hanya berjalan, tak pernah berenti tapi tak tau ia hendak kemana
Bila aku sedih mudah sekali aku menangis tanpa malu atau takut ada yang mencibir
Bila aku senang mudah sekali aku tertawa lupa kalau ada kesedihan yang baru saja hadir
Saat aku remaja tak ada yang menonjol dari diriku
Selain hati yang lebih sering terpakai dibanding akal sehatku
Beribu cinta datang menghampiriku
Aku pun tak ingin menolak satupun cinta itu
Karena memang rasanya seperti melayang di udara
Tentu aku tak ingin menolak terbang tanpa sayap seperti itu
Saat aku dewasa aku hanya menjalankan rutinitasku
Berjalan bagai jarum jam, bedanya aku tau apa tujuanku
Menjalani cinta dengan pasanganku yang mungkin kudapati setelah bersakit-sakit dahulu
Mencari harta dengan memeras keringat atau otakku
Itu saja, selebihnya konflik yang silih berganti datang
Penghianatan, penipuan atau bahkan pembunuhan...
Uhhh entahlah otakku terlalu jahat memandang hidup
Atau hidup yang terlalu jahat sehingga tersimpan di memoriku
Saat aku tua, waktu hidupku hanya tinggal sedikit saja
Mungkin tinggal setelah berkedip mata atau hembusan sekali lagi
Aku akan senang rasanya meninggalkan barang-barang yang membosankan dan penuh sandiwara
Aneh
Aku malah merindukan hidup yang kubenci
Hidup yang begitu jahat bagiku, diterkam atau menerkam
Aku senang menempeli dahiku di kain tebal berbulu dan berdebuAku tenang mengurutkan jari jariku sambil melafadzkan kalimat-kalimat yang disenangi Tuhanku
Aku tentram membaca dan memahami firman-firman Tuhanku yang dulu kuabaikan
Sungguh, aku ingin lebih lama lagi
Kenapa baru kali ini
Kenapa setelah waktu sebentar lagi
Sungguh, aku ingin kembali
penulis : Deskarwangi
SOCIALIZE IT →